Mapag Tamba adalah ritual atau upacara adat masyarakat petani di wilayah Jawa Barat, terutama Desa ampel kecamatan ligung kabupaten majalengka, yang bertujuan untuk menjemput obat atau perlindungan spiritual bagi tanaman padi agar terhindar dari hama penyakit dan mendapatkan hasil panen yang maksimal. Kata "mapag" berarti menjemput atau menyambut, dan "tamba" berarti obat. Ritual ini dilakukan dengan menyebar air suci dari berbagai sumber mata air ke area persawahan sebagai bentuk antisipasi serangan hama dan penyakit, serta menjaga kesuburan tanah.
Tujuan dan Makna Mapag Tamba Adalah Menangkal Hama dan Penyakit:
Pada zaman dahulu, sebelum ada insektisida, masyarakat melakukan ritual ini untuk melindungi tanaman padi dari serangan hama dan penyakit.
Mendapatkan Hasil Panen yang Melimpah:
Ritual ini juga bertujuan untuk memohon agar tanaman padi tumbuh subur dan memberikan hasil panen yang baik.
Perlindungan Spiritual:
Upacara ini merupakan bentuk perlindungan spiritual bagi pertanian, melengkapi perawatan fisik seperti pemupukan.
Pelaksanaan Ritual
Pengambilan Air Suci:
Air "tamba" dikumpulkan dari sembilan sumber mata air yang berbeda di wilayah setempat, seperti air laut, air muara, air sumur, dan air dari cucian beras.
Prosesi Penyebaran:
Ritual umumnya terdiri dari tiga tahapan yang dilakukan pada waktu yang berbeda: Menjemput Tamba: Dilakukan pada hari Kamis pagi atau siang hari.
Menyatukan Tamba: Air yang telah dikumpulkan didoakan dan dimasukkan ke dalam wadah bambu (bumbung) pada Kamis malam.
Mengucurkan Tamba: Air suci yang sudah didoakan kemudian disebar ke seluruh penjuru batas desa dan area persawahan pada hari Jumat.
Keunikan dan Nilai Budaya
Simbolisme:
Para petugas yang menjalankan ritual sering mengenakan pakaian putih sebagai simbol kesucian.
Kearifan Lokal:
Mapag Tamba adalah contoh kearifan lokal yang diwariskan dari generasi ke generasi oleh masyarakat petani.
Pengakuan Warisan Budaya:
Tradisi ini telah diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Kemendikbudristek pada tahun 2016.