Bongkar Bumi / Guar Bumi / Sedekah Bumi Adalah Upacara Adat Masyarakat Jawa, Terutama Petani Dan Nelayan, Sebagai Bentuk Rasa Syukur Atas Hasil Bumi Dan Keberkahan Alam Yang Diberikan Oleh Tuhan Yang Maha Esa. Tradisi Ini Diwariskan Secara Turun-Temurun Dan Biasanya Diisi Dengan Berkumpulnya Masyarakat Untuk Membuat Dan Mendoakan Tumpeng Serta Makanan Lainnya, Yang Kemudian Dinikmati Bersama Atau Dibagikan.
Tujuan Dan Makna:
Ungkapan Syukur:
Menunjukkan Rasa Terima Kasih Kepada Tuhan Atas Rezeki Dari Bumi Dan Memohon Agar Hasil Panen Melimpah Di Masa Depan.
Harmoni Manusia Dan Alam:
Mencerminkan Hubungan Yang Harmonis Antara Manusia Dengan Alam Serta Menjaga Kelestarian Lingkungan.
Kebersamaan Dan Kegotongroyongan:
Menguatkan Ikatan Sosial Masyarakat Melalui Kegiatan Bersama, Termasuk Musyawarah Untuk Menentukan Acara Dan Prosesi Ritual.
Pelestarian Budaya:
Memelihara Kearifan Lokal Dan Warisan Nenek Moyang Agar Tetap Lestari.
Pelaksanaan Tradisi:
Masyarakat Berkumpul Di Tempat Yang Telah Disepakati, Seperti Balai Desa Atau Rumah Sesepuh Adat.
Nasi Tumpeng, Ayam Panggang, Buah-Buahan, Dan Makanan Lainnya Disiapkan Sebagai Simbol Rasa Syukur.
Sesepuh Adat Memimpin Doa Yang Memadukan Nilai-Nilai Lokal Dengan Ajaran Islam, Memohon Keberkahan Dan Keselamatan.
Makanan Yang Telah Didoakan Dibagikan Dan Dinikmati Secara Bersama-Sama, Atau Sebagian Dibawa Pulang Untuk Keluarga.
Terkadang Acara Dimeriahkan Dengan Pergelaran Seni Seperti Wayang Atau Ketoprak Untuk Melestarikan Budaya.
Variasi Dan Keunikan:
Bulan Pelaksanaan:
Sedekah Bumi Sering Dilakukan Di Bulan Apit (Sebelum Bulan Besar Dalam Penanggalan Jawa) Atau Menjelang Musim Panen.
Lokasi Dan Bentuk Ritual:
Setiap Daerah Mungkin Memiliki Variasi Dalam Bentuk Ritual Dan Lokasi, Seperti Di Punthuk Setumbu Magelang Untuk Pemandangan Indah Atau Di Waduk Cacaban.
Integrasi Dengan Keagamaan:
Ritual Ini Sering Kali Menggabungkan Nilai-Nilai Lokal Dengan Praktik Keagamaan Yang Bernuansa Islam.