Mapag Sri adalah tradisi dan budaya masyarakat agraris Jawa dan Sunda berupa ritual yang dilaksanakan sebagai wujud rasa syukur menyambut datangnya panen raya, dengan arti harfiahnya adalah "menjemput padi" atau panen. Tradisi ini melibatkan doa bersama, panen perdana atau simbolis, serta berbagai kegiatan seperti pawai, pementasan wayang kulit, dan pemberian hasil bumi untuk mempererat tali silaturahmi antarwarga.
Asal-usul dan Makna
Asal Kata:
Berasal dari bahasa Jawa halus, "mapag" berarti menjemput, dan "sri" adalah padi. Jadi, Mapag Sri secara harfiah berarti menjemput padi, atau panen.
Tujuan:
Dilakukan sebagai ungkapan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen yang melimpah dan sebagai simbol harapan untuk keberkahan di masa mendatang.
Pelaksanaan dan Kegiatan
Waktu Pelaksanaan:
Diadakan menjelang panen raya, seringkali diawali dengan doa bersama, panen simbolis, dan kegiatan lainnya yang melibatkan petani dan masyarakat sekitar.
Acara Adat:
Doa Bersama: Memulai kegiatan dengan memanjatkan doa agar panen berjalan lancar dan membawa berkah.
Panen Perdana: Petani akan melakukan panen simbolis sebagai tanda awal panen raya.
Pawai dan Arak-arakan: Warga sering membuat kreasi dari hasil panen atau ogoh-ogoh untuk diarak di sepanjang jalan.
Pentas Seni: Pagelaran wayang kulit atau pertunjukan seni lainnya kerap diadakan pada malam hari sebagai hiburan.
Peran Masyarakat:
Wujud Syukur: Merupakan bentuk syukur dan terima kasih kepada alam dan Tuhan atas hasil bumi.
Mempererat Kebersamaan: Menjadi sarana untuk menyatukan semangat petani, mempererat tali silaturahmi antarwarga, dan membangun kebersamaan.
Memperkuat Kearifan Lokal: Sebagai cara untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya leluhur yang telah diwariskan secara turun-temurun.